SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Kamis, 20 Agustus 2020

MUHARRAM, HIJRAH DAN KEPERGIAN NABI

Hijrah bukan lah peristiwa yang berdiri sendiri. Bukan pula terjadi pada awal Muharam seperti yang masyhur kita pahami selama ini.

Prosesinya telah dimulai tak lama setelah terjadinya Bai'ah Aqabah II, jauh sebelum hijrahnya Nabi saw. sendiri dari Mekkah ke Madinah. Ketika itu, bulan Dzul Hijjah, tahun ketiga belas kenabian, 73 orang penduduk Madinah, dua di antaranya wanita, bertemu dengan Nabi saw. Secara rahasia, lalu mengikrarkan sumpah setia yang berisi, antara lain, janji memberi perlindungan optimal jika beliau dan para sahabat berhijrah ke kota mereka. Peristiwa inilah yang, kelak, disebut sebagai Bai'ah Aqabah II.

Sebagai respon atas Bai'ah Aqabah II ini, maka, pada bulan berikutnya, yaitu Muharram, sejumlah sahabat pun mulai melangkahkan kaki lebih dahulu, berhijrah ke kota itu. Nabi saw. sendiri, atas perintah Allah, baru meninggalkan Mekkah pada (menurut Shafi ar-Rahman al-Mubarakfuri) suatu malam buta, tanggal 27 Shafar, bertepatan dengan tanggal 12/13 September 622 M, atau (menurut Sa'id Ramadhan al-Buthi) 1 Rabiul Awwal, bertepatan dengan 20 September 622 M.

Maka, di malam buta itu, Nabi saw. keluar, secara diam-diam, meninggalkan rumahnya yang telah dikepung orang-orang musyrik, menuju rumah Abu Bakr, sahabatnya. Mereka berdua, selanjutnya, bergerak ke Gua Tsur dan tinggal di sana sementara waktu.Tiga malam kemudian, yaitu tanggal 1 Rabi'ul Awwal atau 16 September 622 M, barulah beliau meninggalkan Gua Tsur, memulai perjalanan hijrahnya yang, kelak, mengubah sejarah itu. Bertemankan tiga orang lainnya, yaitu Abu Bakr, 'Amir Ibn Fuhairah (mantan budak Abu Bakr), dan 'Abdullah Ibn 'Uraiqith (seorang musyrik yang menjadi penunjuk jalan), rombongan beliau, berkendaraan tiga ekor unta, bergerak zig-zag, menyusuri rute yang tidak pernah ditempuh orang lain, menuju ke kota Madinah. Tiga hari sebelum itu, di malam ketika Nabi saw. Meninggalkan rumah Abu Bakr menuju ke Gua Tsur, beliau berhenti sejenak di al-Jazwarah, menatap Ka'bah dan kota Mekkah, menunjukkan rasa cintanya ke kota itu, lalu berucap: 

Innaka khairu ardhillahi wa ahabbu biladillahi ilallahi, wa lawla ahlaka akhrajuni, ma kharajtu. 

Sungguh, engkau (Mekkah) adalah sebaik-baik bumi Allah, dan negeri yang paling dicintai Allah. Seandainya pendudukmu tak mengusirku, aku tak akan pergi. (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, dan an-Nasa'i).

Abdullah bin Uraiqith membawa rombongan melewati jalur pesisir pantai, menuju Selatan ke arah Yaman, kemudian berbelok ke barat arah pesisir. Dari situ kemudian berbelok ke barat arah pesisir, lalu menuju ke utara mendekati Laut Merah hingga sampai di Quba. Disebutkan bahwa Nabi Muhammad tiba di Quba pada Senin 8 Rabiul Awwal tahun ke-14 kenabian atau tahun 1 Hijriyah, atau 23 September 622 Masehi.

Membaca Ulang Sirah Nabi saw.