SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Sabtu, 13 November 2021

MANUSIA, SEMESTA DAN PERENUNGAN DIRI

Manusia diturunkan ke bumi sebagai khalifah Allah dengan tugas antara lain: Mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S. Hud : 61), mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di muka bumi (Q.S. al-Maidah : 16), dengan cara beriman dan beramal saleh (Q.S. al-Ra’d : 29), bekerja­sama dalam menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam mene­gakkan kesabaran (Q.S. al-’Ashr : 1-3).

Untuk tugasnya itu manusia diberi ilmu, "nama-nama segala", dan berbagai atribut serta potensi lainnya yang tidak dimiliki makhluk lain, termasuk potensi syaithoniyah atau setidaknya perangkat yang bisa mengikuti khuthuwat al-syaithoniyah.

Sementara itu, semesta memiliki regulasi sendiri bahkan sejak sebelum manusia ada. Ia menjaga ketertiban dan keberlangsungan hidupnya sendiri, dengan atau tanpa manusia (tentu ada malaikat-malaikat yang berperan). Siklus daur ulang alam begitu sempurna bagi dirinya sendiri, tidak kurang tidak lebih. Semua serba pas, serba teratur sehingga disebut sebagai cosmos.

Begitu manusia ada, apa yang terjadi? Manusia  mengintervensi cosmos itu lalu menimbulkan dinamika baru yang tak jarang berbentuk kerusakan. Kita tahu, sebelumnya malaikat pernah mempertanyakan untuk apa Tuhan mencipta makhluk yang akan merusak dan menumpahlan darah? Tuhan menjawab diplomatis dan penuh teka-teki: Aku mengetahui apa yang kalian tidak tahu (Q.S. Al-Baqarah: 30).

Nah, kalau semesta punya sistem/regulasi sendiri, mekanisme melestarikan diri sendiri, apa fungsinya manusia di semesta ini?

Saya menduga (belum berani "menafsiri") hanya menduga bahwa sebetulnya manusia itu turun ke bumi pada dasarnya adalah untuk mengurusi dirinya sendiri. Dunia ini tidak di apa-apakan juga tetap lestari kok meski tanpa proyek manusia untuk pelestarian alam. 

Mengurusi diri sendiri bagaimana? Ya ngurusi diri sendiri biar tidak merusak.

Jadi dengan manusia tidak merusak, semesta sudah lestari karena, sekali lagi, manusianya itu yang ngisruh mekanisme kelestarian alam semesta. Coba cek, setiap kerusakan di situlah ada jejak tangan dan kaki manusia.

Setelah tidak merusak, manusia bisa menjalankan fungsi-fungsi lainnya dengan baik.

Bagaimana agar tidak merusak? Diantaranya: jangan serakah, jangan mementingkan diri sendiri, kendalikan nafsu, kelola pikiran dengan benar, dan seterusnya dan seterusnya. So, manusia harus jadi khalifah untuk dirinya sendiri dulu.