SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Selasa, 19 November 2019

TA'LIM AL-MUTA'ALIM, HORMATILAH GURUMU!!!


Berkaitan dengan hari guru Nasional yang diperingati 25 November 2019, saya ingin mengulas sedikit tentang salah satu buku (kitab) klasik yang sangat menarik, berjudul Ta’lim Al-Muta’allim.

Redaksi buku klasik berjudul “ta’lim al-muta’allim” ini tipis saja, hanya 63 halaman. Buku yang arti judulnya kira-kira “Pedoman untuk Para Pelajar” ini ditulis oleh Ibrahim bin Isma’il al-Zarnuji, seorang tokoh (ulama) pendidikan islam asal tranxosinia yang wafat pada tahun 1194 (591 M). Walaupun tipis, buku ini dipelajari di banyak pesantren sampai sekarang. Bahkan tidak jarang menjadi buku wajib. Isinya mengulas konsep belajar serta berbagai tips yang harus diperhatikan oleh mereka yang sedang menimba ilmu. seorang guru seharusnya juga mengenal buku ini.

Mereka yang membaca buku ini, sekilas akan segera menangkap banyaknya konsep-konsep kontroversial di dalamnya. Konsep-konsep itu, mungkin, akan dinilai tidak lagi relevan dengan spirit pendidikan yang saat ini berkembang, khusus nya sekolah umum. Kontroversi akan dirasakan sejak bagaimana Ibrahim Al-Zarnuji mengenalkan filosofi dasar belajar, nilai-nilai moral, sampai ke kiat-kiat praktis yang harus dipraktekkan para pelajar untuk bisa mencapai prestasi.

Belajar, menurutnya, adalah aktifitas yang harus sepenuhnya berorientasi ukhrawi serta harus didorong oleh motivasi semata-mata karena Allah. Belajar adalah bukti rasa syukur kita terhadap anugerah akal dan indera dari-Nya. Bangunan falsafah dasar seperti ini mengharuskan adanya kesiapan total para pelajar untuk menjadikan belajarnya sebagai sebuah perjalanan spiritual suci yang diyakini memiliki nilai ibadah di hadapan Allah. Akibatnya, serangkaian kiat-kiat praktis, yang oleh sebagian orang terasa mengekang, pun diwajibkannya

Di antara kiat praktis al-Zarnuji itu (dan sangat banyak mengundang ketidaksetujuan dari para pemerhati pendidikan), misalnya, keharusan total para pelajar untuk patuh kepada gurunya dalam hal apapun, kecuali melakukan sesuatu yang bernilai “maksiat” di hadapan Allah SWT. Pelajar harus menjadikan dirinya sebagai gelas kosong yang siap diisi dengan air yang diciduk dari samudera ilmu sang guru. Guru, masih menurut Ibrahim Al-Zarnuji, adalah jembatan utama bagi sampainya pengetahuan kepada para penimba ilmu. Sebagai jembatan utama, seorang pelajar harus memilih dengan sangat hati-hati kepada siapa akan berguru.

Ketika guru sudah dipilih, ia harus diperlakukan secara terhormat. Para murid tidak boleh membuatnya tidak enak hati, tidak bertanya jika tidak diperintahkan, tidak boleh berbicara jika tidak dipersilahkan, harus mengambil jarak saat duduk didekatnya, tidak mengetuk pintu kediamannya sampai sang guru keluar sendiri, dan lain sebagainya. Menolak kiat-kiat praktis ini akan menyebabkan para pelajar kehilangan berkah dan manfaat dari pengetahuan yang dipelajarinya.

Kontroversial dan sangat mengekang murid bukan?

Untuk anda para pemerhati konsep pendidikan saat ini, pasti akan menolaknya. Pada awalnya, saya pun bersikap semacam itu. Namun, ketika buku itu saya lihat dalam bingkai sufisme dan tradisi dunia tashawwuf serta penghormatan dalam rangka memuliakan guru sehingga mendapatkan keberkahan ilmu, (sarjana-sarjana Pendidikan Islam pasti paham benar dengan konsep ini) segera saya menangkap adanya spirit lain. Dunia tashawwuf adalah dunia yang secara ketat mempraktekkan berbagai disiplin lelaku semacam itu. Kematangan dan pencerahan jiwa hanya akan diperoleh oleh mereka yang menerapkan konsep dan disiplin ketat semacam itu. Saya melihat, dalam spirit tashawwuf inilah Ibrahim al-Zarnuji menulis buku tipisnya itu. Lebih-lebih ketika al-Zarnuji menyebut serentetan kisah “sukses” guru-gurunya dahulu serta tokoh-tokoh besar Islam dalam karier keilmuan mereka. Kesuksesan mereka, menurut al-Zarnuji, adalah buah dari praktek lelaku seperti yang dianjurkannya itu, yaitu memuliakan guru.

Ingatkah anda dengan larangan penggunaan pena yang tintanya merah? Guru saya sejak sekolah dasar saya ingat betul,melarangnya. Nah, dengan alasan yang berbeda, al-Zarnuji pun melarangnya. Serentetan larangannya lainnya akan ditemukan dalam bukunya itu.

Pada akhirnya saya berpendapat: relevan atau tidaknya buku ini dengan dunia pendidikan sekarang tergantung dari sisi mana kita melihat dan bagaimana kita memperlakukannya…

Sabtu, 02 November 2019

Kelahiran Nabi

Jika kita sedikit ingin meluangkan waktu duduk sembari membuka dan menelaah referensi-referensi ulama-ulama ahli sejarah, ahli sirah nabi, yg berkaitan dg kelahiran Nabi Muhammad SAW. Maka kita akan mendapati bagaimana pendapat-pendapat para ahli sejarah, sirah  yg berbeda tentang tanggal kelahiran beliau.

Ada yg mengatakan bahwa beliau lahir di bulan Shafar, Rabiul akhir bahkan 10 muharam, bahkan ada yg mengatakan beliau lahir dibulan Ramadhan.  Tentu semuanya memiliki argumen nya masing-masing, salah satunya untuk menggenapkan 40 tahun usia Muhammad ketika di angkat menjadi Rasul.

Walaupun pendapat mayoritas ulama mengatakan di bulan Rabiul awal, bahkan Al jauzi sendiri menyebutnya sebagai kesepakatan (ijma'). Akan tetapi setelah "mereka",  yg kata Al jauzi bersepakat mengenai bulan nya, kembali pendapat mayoritas ini terpecah mengenai tanggal nya.

Hadits Jabir dan Ibnu Abbas yg mengatakan Beliau lahir 12 Rabiul Awal bukanlah Hadits Shahih. Ibnu katsir sendiri mengatakan hadits ini terputus sanadnya. Apa lg sangat bertentangan dg logika ilmiah pendapat-pendapat Ahli falak atau astronomi Islam.

Merujuk kepada hadits beliau yg lain yg menyatakan beliau lahir di hari senin, sehingga beliau berpuasa pada hari senin untuk merayakan kelahiran nya, maka ada yg mengatakan bahwa hari senin pada bulan Rabiul awal tersebut adalah tanggal 2, ada yg mengatakan tanggal 8, 12, dan 17.

Akan tetapi penelitian kontemporer yg dilakukan ulama ahli sejarah ahli falak terkemuka Sulaiman al mansur fhauri , dan ahli astronomi Mahmud basya Al falaki menyimpulkan bahwa hari senin pagi yg bertepatan dg permulaan tahun dari peristiwa penyerangan tentara gajah  yang di pimpin Abrahah bertepatan dg 20 april tahun 571 Masehi. Dan ini bertepatan dengan 9 Rabiul Awal. Inilah pendapat terkuat sampai saat ini yg pernah ada.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Wallahu ta'ala a'lam