SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Kamis, 28 Mei 2020

SI ITAM YANG MISTERIUS

Ini kisah seekor kucing yang pernah saya kenal saat kecil dahulu. Si Itam, demikian saya dan keluarga menjulukinya; seekor kucing galak bertampang sangar kesayangan Abang Saya, Muhammad Taufik. Tubuh kucing itu sedikit besar melebihi rata-rata tubuh belasan kucing lainnya yang berkoloni di tempat kediaman kami dulu. Bulu-bulunya tebal berwarna hitam-legam (itu pulalah yang kemudian melatarbelakangi julukannya "si Itam") kecuali bola mata –dengan tetap ada bulatan hitam di tengahnya– dan keempat telapak kakinya. Kedua matanya selalu menatap tajam, penuh curiga, dan sangat awas mengamati keadaan di sekitarnya.

Muhammad Taufik, Abang saya itu, sering terlihat memangku si Itam ke mana-mana sambil mengelus-elus bulunya yang tebal itu. Jika Ia makan, kucing itu sering ada di sampingnya, turut menikmati "Jatah" setiap kali ia makan,  makannya: campuran antara nasi dan serpihan ikan asin.
Di siang hari, Si Itam  jarang sekali terlihat. Sekali muncul, dia selalu berada di tempat-tempat tinggi seperti atap rumah, langit-langit rumah, atau di atas lemari. Jarang sekali dia berjalan-jalan di lantai atau di permukaan tanah.

Di malam hari, Itam sering “duduk” manis dan berjaga di atas lemari tua di kamar Mamak. Saya, yang dulu setiap malam tidur di kamar itu, selalu merasa takut kepadanya. Tatapan kedua matanya selalu penuh permusuhan.
Itam adalah kucing “bernyawa sembilan.” Kemampuannya meloloskan diri dari maut sangatlah luar biasa. Saya dan keluarga, juga orang-orang, tidak suka kepadanya dan, karena itu, kami sering memburu dan berusaha menangkapnya. Orang-orang malah berusaha membunuhnya berkali-kali. Ketidaksukaan kami kepada Itam dipicu oleh kebiasaan buruknya mencuri makanan di atas meja makan, dirumah kami bahkan tetangga.
Sekalipun sayang kepada Itam, Taufik, abang saya tidak pernah menegur, apalagi marah, jika saya, Kakak, Abang yang lainnya, atau orang-orang memburunya. Dia hanya tersenyum dan malahan, seolah, berkata “silahkan saja tangkap kalau bisa!.”  Itam memang sangat lihai dan cerdik. Kecepatannya berlari sangat luar biasa. Perburuan-perburuan kami selalu saja gagal.

Namun, selihai-lihainya Itam menyelamatkan diri, pada akhirnya, nasib malang pun menimpa. Demikianlah, suatu siang, saya melihat seorang pria –saya lupa namanya– menyeret-nyeret, tanpa belas kasihan, seekor kucing dengan tali tambang. Kucing itu adalah Itam. Di ujung tali, dia terlihat menyerah, tidak mampu lagi meloloskan diri dari tali yang menjerat lehernya. Saya bersorak, namun juga merasa iba kepadanya karena perlakuan kejam pria itu. Dalam hati, saya bertanya-tanya bagaimana cara pria itu menangkap Itam?
Tanpa peduli dengan tatapan iba saya, pria itu terus menyeret Itam ke sebuah jembatan di Parit Sebelah. Lalu, dengan semangat, dilemparkanlah kucing itu ke Pariti yang mengalir di bawah. Tidak ayal lagi, ir parit yang sedang naik karena banjir itu melumatnya tanpa ampun. Itam, terlihat, berusaha berenang, namun gagal. Ia pun tenggelam dan tidak muncul lagi ke permukaan air. “Tamatlah riwayat Itam,” pikir saya, sedih. Pria itu tersenyum puas, lalu meninggalkan jembatan.

Tahukah apa yang terjadi malam harinya? Bukan, bukan malapetaka atau semacamnya. Inilah yang terjadi: malam hari, saya masuk ke kamar Mamak untuk tidur. Ketika merebahkan tubuh di kasur, lalu mengarahkan padangan ke bagian atas lemari, saya melihat Itam sedang nangkring dan “duduk” manis seperti biasanya!Allahu Akbar , bagaimana kucing itu bisa ada di sana? Bukankah seharusnya dia mati ditelan parit yang airnya sedang menderas itu? mamak pun hanya tersenyum menyaksikan. Bagaimana cara dia melepaskan tali tambang yang menjerat erat lehernya?

Itulah, antara lain, kehebatan Itam yang pertama. Yang kedua, kisah tetangga saya, yang juga pernah berhasil menangkapnya, memasukkannya ke dalam karung, lalu membawanya ke Pasar untuk dibuang. Jarak Pasar dari rumah saya di Sei Beringin berkilo-kilo meter jauhnya. Tetangga saya itu berharap Itam akan mendapatkan tempat tinggal baru di sana dan kami terbebas dari kenakalan-kenakalannya yang menjengkelkan itu.
Tahukah apa yang terjadi malam harinya? Ya, tepat! Saat saya masuk ke kamar mamak untuk tidur, kucing itu, lagi-lagi, tampak sedang nangkring dan “duduk” manis di atas lemari! Artinya, Itam berhasil pulang dari tempat pembuangannya, menempuh jarak sejauh berkilo-kilometer tanpa tersesat.

Untuk mengobati kekesalan kami terhadap kucing kesayangannya itu, Muhammad Taufik, Abang saya pun mengajak saya untuk membuangnya bersama-sama. Demikianlah, kami berhasil menangkapnya. Tidak sulit bagi Abang saya ini menangkap Si Itam karena ia memang jinak kepadanya.
si Itam Kami bawa jauh dari lokasi pembuangan yang pertama, melewati Pasar, menelusuri sepanjang jalan Telaga Biru, tepatnya di Parit 6 Tembilahan Hulu kami berhenti. Si Itam itu seolah menatap kami.“Serius, nih, Bos? Kita harus turun di sini?,” demikian ia, seolah-olah, berkata.

Ada rasa iba saat kami menatapnya. Namun, keputusan sudah dibuat. si Itam, harus turun di sini. Kami tidak khawatir kucing itu akan kelaparan karena sekitar seratus meter dari tempat itu ada sebuah perkampungan yang cukup padat. Motorpun meluncur meninggalkannya.
Tahukah apa yang terjadi malam harinya? Ya, tepat! Hal mengherankan itu, lagi-lagi terjadi. Kucing-kucing lain mungkin mustahil untuk dapat kembali, namun Itam? Ia berhasil pulang menempuh jarak hampir puluhan kilo meter! Saya menggeleng-gelengkan kepala sementara Abang saya tersenyum-senyum.

Balada si Itam ini masih berlanjut untuk beberapa bulan kemudian hingga kisahnya, secara perlahan, tenggelam begitu saja. Diawali oleh mulai tidak tampaknya dia selama beberapa malam di atas lemari Kamar mamak. Saya tidak terlalu peduli dengan itu. Kami baru menyadari bahwa ada sesuatu terjadi padanya ketika kucing itu betul-betul tidak pernah terlihat lagi. Itam menghilang entah ke mana. Abang saya pun tidak tahu ke mana dia pergi. Barulah lama setelah itu kami mendengar kabar bahwa Itam telah mati. Seseorang, katanya, berhasil membunuhnya. Entahlah…

AJAIB NYA DOA IBU

Pada tahun 2012 saya di wisuda di STAI Auliaurrasyidin Tembilahan dengan predikat wisudawan terbaik, lulus dengan pujian (Cumlaude),. Tapi semua itu bukan jaminan saya dimudahkan untuk mendapatkan pekerjaan, setelah  hampir 6 tahun gonta ganti pekerjaan, 2018 saya mencoba untuk ikut tes CPNS Kab. Indragiri Hilir.

pagi itu, sebelum berangkat melaksanakan SKD (Seleksi Kemampuan Dasar) di rengat, Kab. Indragiri Hulu, sembari melepas kepergian, ibu saya berdoa, "semoga kamu lulus nak" (sedikitpun tidak ada keraguan tersirat dari wajah nya)

Berbekal doa dari beliau, saya haqul yakin akan lulus.

Singkat cerita, SKD berlalu saya mendapatkan nilai total 322, lulus? Tidak, karena ada salah satu nilai yang tidak mencapai ambang batas kelulusan (passing grade). Apakah cerita nya berakhir sampai di sini? Tentu tidak, ini adalah awal bagian dari bagaimana luarbiasa dan amazing cara Allah mengabulkan doa dari seorang ibu.

Setelah hampir  10 hari SKD dilaksanakan, apa yang terjadi teman-teman, Qadarullah, tingkat kelulusan SKD Kabupaten Indragiri Hilir tidak sampai 1 persen, 52 orang dari total 5382 peserta, bahkan ini tidak hanya terjadi di Indragiri Hilir, ini terjadi juga di seluruh Riau bahkan kelulusan SKD CPNS 2018 Secara Nasional hanya 2%.

Dan, inilah bagian terbaiknya. Yang saya yakin, ada doa ibu saya, doa ibu-ibu di seluruh Indonesia dengan doa yang sama. Kelulusan bagi anaknya yang sedang Allah buatkan skenario cerita untuk dikabulkan dengan cara yang luarbiasa.

Dengan tingkat kelulusan yang hanya 2% secara Nasional, tentu akan banyak Formasi kosong yang tidak terisi maksimal, padahal kebutuhan guru, tenaga kesehatan saat itu sudah sangat mendesak. Sehingga mengharuskan Panselnas (Panitia Seleksi Nasional) untuk mencari solusi dari fenomena gagal masal di SKD CPNS 2018 ini.

sebulan setelah SKD secara Nasional berakhir di seluruh Indonesia. Secara mengejutkan, Kementrian PAN RB mengeluarkan Permenpan 61 Tahun 2018, yang mengatur syarat kelulusan SKD semula berdasarkan ambang batas kelulusan (Passing Grade) menjadi perangkingan berdasarkan nilai kumulatif SKD. Allah kabulkan doa ibu saya, saya lulus SKD dengan peringkat pertama!

Begitu pula di SKB (Seleksi Kemampuan Bidang), hingga kemudian saya dinyatakan lulus sebagai CPNS dan mendapatkan SK PNS.

Allah Sang Maha Sutradara. Allah juga Sang Pemilik cerita. Allah punya segudang cara untuk merubah peristiwa dan cerita.

Ingin dibuatkan skenario terbaik oleh-NYA? Muliakan Orangtua!

NB: soal-soal CAT (Computered Assited Test) pada CPNS 2018 memang dinilai memliki tingkat kesulitan cukup tinggi, yang menyebabkan fenomena gugur masal, sehingga kemudian pada CPNS 2019 di adakan koreksi menyeluruh terhadap seluruh soal-soal CAT oleh Panselnas