SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Rabu, 05 April 2023

Perbedaan Para Ulama

Berbeda pendapat itu indah. Mujtahid-mujtahid kelas dunia, yang tidak diragukan lagi kapabilitas keilmuan nya saja, mujtahid mandiri, fatwa nya dijadikan landasan dalam bermazhab saja seringkali berbeda, bahkan terkadang "melawan arus", berbeda dengan pendapat Jumhur. Tapi mereka tetap saling menghargai kok.

Kalau soal kontroversi, ulama mana yang tidak dianggap kontroversial? Semua ulama pada masanya pernah dianggap fatwanya aneh dan kontroversial. Misalnya, Imam Syafi’i berbeda pandangan dengan mayoritas ulama ketika mengatakan anak hasil zina boleh dikawini oleh ‘bapak’nya. Ini pendapat yang bikin heboh. Atau bagaimana Imam Malik berpandangan anjing itu suci, dan tidak najis. Ini berbeda dengan pandangan jumhur ulama. 

Atau ada pendapat lain yang terkesan sepele tapi terdengar aneh. Kalau anda berbohong saat berpuasa, apakah puasa anda batal? Menurut Imam Dawud al-Zhahiri (mungkin namanya agak asing tapi beliau adalah salah satu pendiri Mazhab Zhahiri, yg kebetulan sudah tidak eksis lagi sampai sekarang, karena pengikut nya yang tidak ada.) , puasa anda batal. Menurut jumhur ulama, tidak batal. Apakah saat anda tersenyum ketika sedang shalat, shalat anda batal? Iya, batal, menurut Imam Abu Hanifah, dan tidak batal menurut jumhur ulama. 

Apakah kalau anda makan daging unta, wudhu anda batal? Iya, batal, menurut Imam Ahmad bin Hanbal, tapi tidak batal menurut jumhur ulama. Apakah kalau anda minum nabidz (selain dari perasan anggur) dan tidak mabuk itu hukumnya halal? Iya, nabidz itu halal pada kadar tidak memabukkan menurut Imam Abu Hanifah, tapi dinyatakan haram oleh jumhur ulama baik mabuk atau tidak. 

Apakah yang haram itu hanya daging babi saja atau semuanya termasuk lemak dan tulangnya? Jumhur bilang semuanya dari babi itu haram, tapi Imam Dawud al-Zhahiri bilang hanya daging (lahm) nya saja yang haram.

Contoh-contoh di atas bisa terus berlanjut, dan semua ulama mazhab pernah berbeda dengan jumhur ulama. Dengan kata lain, pendapat mereka dalam kasus-kasus tertentu dianggap aneh dan kontroversial. Namun bukan berarti mereka pantas untuk kita cerca atau cemooh.

Apa pernah Imam yang diselisihi pendapatnya sama Imam syafi'i lalu lantas nyalah-nyalahin Imam syafi'i? Sesat-sesatin Imam Malik? Atau kafir-kafirin Imam Ahmad bin Hanbal? Atau mau coba marah-marah sama Imam Abu Hanifah? Tidak, mereka tetap menghargai pendapat satu dan yg lain, kritik yang mereka lakukan konstruktif, ilmiah, dan tidak pernah menyalah-nyalahkan pendapat yang lain nya.

Wallaahu ta'ala a'lam..