SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Rabu, 20 Agustus 2014

KEDAMAIAN PASIF

Kedamaian pasif atau "as-salam as-salabi" adalah batas diantara keharmonisan dan perpisahan.
Kedamaian pasif dibangun dg cara mengindahkan perintah-perintah berstruktur pasif, yg banyak disampaikan Allah SWT dan Rasulnya. Perintah berstruktur pasif ditandai dengan, antara lain, penggunaan partikel "la an-nahiyah" yg berarti "jangan", sebutlah misalnya sabda Rasul sebagaimana diriwayatkan Muslim, "janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, saling menajiskan, dan saling memusuhi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yg bersaudara. Seseorang Muslim tidak halal meninggalkan saudaranya lebih dari tiga hari"

pesan yg dapat dipetik dari perintah berstruktur pasif ini antara lain, adalah : jika seseorang tak dapat atau tak mau melakukan "itu", maka setidaknya, janganlah ia melakukan "ini". Jika ia misalnya, belum atau tak dapat menyayangi, janganlah ia membenci, jika tak dapat mengawani, jangan memusuhi. Jika tak dapat meringankan beban orang lain, jangan menambah bebannya. Jika tak dapat memuji jangan menghina. Jika tak dapat berbicara santun jangan berbicara kasar. Jika tak dapat memberi senyum. Jangan bermuka masam. "seorang Muslim adalah ia yg orang-orang Muslim lainnya selamat dari (keburukan karena ulah) lidah dan tangannya, demikian ingat Nabi SAW.

Dengan demikian kedamaian pasif atau as-salam as-salabi adalah pondasi yg harus dibangun kuat oleh seseorang agar kedamaian aktif atau "as-salam al-ijabi" dapat ia upayakan. Kedamaian aktif ia bangun dg cara melaksanakan perintah-perintah berstruktur aktif yg disampaikan Allah SWT, seperti "bacalah", "sambungkanlah", "sebarkanlah", "makanlah", "minumlah", "perhatikanlah", "ubahlah", "bagikanlah", dll.

Kedamaian pasif dan kedamaian aktif yg terbangun secara kuat akan membukakan jalan bagi seseorang untuk bergerak ketahap berikutnya, yaitu "al-ihsan". Ketika seseorang berbuat baik semata-mata karena dirinya, seolah-olah melihat Allah atau Allah melihatnya. Seorang pelaku "al-ihsan" akan menyingkirkan sepotong duri di tengah jalan tanpa peduli apakah itu akan dihargai oleh orang lain ataupun tidak. Seorang pelaku "al-ihsan" akan tetap konsisten melakukan kebajikan sekalipun orang lain tak membalasnya dg kebajikan yg sama.

Demikian banyak orang yg "karier" amal baktinya dimundurkan kembali jauh kebelakang atau malah ambruk sama sekali, karena "kedamaian aktif" yg ia wujudkan dalam amal bakti aktifnya, baik horizontal maupun vertikal, ternyata, berpondasi rapuh, atau malah suatu kepura-puraan belaka.

Disebut berpondasi rapuh, karena ia, misalnya, berhenti melakukan amal baik ketika merasa orang lain tak menghargainya atau karena orang lain melakukan sebaliknya. Disebut kepura-puraan karena ia, misalnya, beramal baik karena motif ingin mendapatkan keuntungan yg lebih besar atau, bahkan, ia beramal baik di satu sisi, sekaligus beramal buruk di sisi lain.

Astaghfirullah rabbal baraya, astagfirullah minal khathaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar