SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

Rabu, 20 Agustus 2014

UMMI BUKANLAH SUATU KEKURANGAN


Masyarakat Jazirah Arab sangat menjunjung tinggi budaya hafalan. Kemampuan mereka dalam hal ini sangat mengagumkan. Demikian mengagumkannya sampai-sampai "qulūbuhum mashāhifahum" (kalbu mereka adalah bagaikan lembaran kertas), demikian Ka'ab al-Ahbar mengilustrasikannya. Di kalangan mereka, seseorang yang memiliki kemampuan menghafal yang baik akan diposisikan mulia.

Karena budaya hafalan ini, ditambah dengan sulitnya mendapatkan alat tulis menulis, budaya menulis dan membaca tidaklah dominan. Bagi beberapa kalangan, memiliki kemampuan menulis dan membaca malah dianggap sebagai sebuah kekurangan, bahkan aib! Karena itu, adalah keliru siapapun yang menilai bahwa keadaan Nabi saw. yang "ummī" (tidak dapat membaca dan menulis) adalah berarti adanya kekurangan pada diri beliau. Di zaman kita sekarang, ketidakmampuan seseorang dalam membaca dan menulis memang sebuah kekurangan, namun tidak demikian halnya di zaman itu.

Walaupun demikian, itu tidak berarti bahwa budaya menulis dan membaca tidak tumbuh sama sekali. Sejumlah kalangan masyarakat Arab tetap memiliki kemampuan itu. Seorang peneliti, misalnya, menemukan sebuah manuskrip tertulis yang berisi perjanjian utang piutang antara Hâsyim, kakek Nabi saw., dengan mitra dagangnya. Lalu, di dinding Ka'bah, tergantung pula al-mu'allaqât, yaitu puisi-puisi terbaik karya para penyair Mekkah. Dua contoh itu menjadi bukti bahwa tetap ada sejumlah pihak di zaman itu yang mementingkan tulis menulis walaupun, sekali lagi, budaya itu tidak dominan.

Harus dicatat bahwa budaya hafalan ini tidak selalu berarti buruk. Di kemudian hari, kemampuan menghafal mereka yang mengagumkan ini memiliki peran sangat penting dalam penjagaan dan pelestarian al-Qur'ân.

-------

Membaca Ulang Sirah Nabi saw. tentang "Ummī Bukanlah Suatu Kekurangan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar